Sekretariat Jenderal

Pergerakan pasar keuangan global terutama dipengaruhi oleh ekspektasi pergerakan suku bunga di negara-negara utama dan perkembangan negosiasi tarif antara AS dengan negara mitra dagangnya. Pelaku pasar keuangan, khususnya di AS, cenderung wait and see terhadap ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan di tengah berlanjutnya tekanan dari Presiden Trump terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell, agar The Fed mulai menurunkan suku bunga acuannya. Serangkaian komentar Trump yang mengintervensi kebijakan moneter The Fed menyebabkan investor cenderung cautious terhadap aset-aset investasi AS, sehingga turut menyebabkan pelemahan mata uang USD. Namun demikian, pasar saham AS mengalami penguatan, dimana indeks S&amp;P 500 dan indeks Nasdaq Composite mencapai level all-time-high baru, ditopang optimisme akan tercapainya beberapa trade deals AS dengan negara-negara mitranya.
Pasar keuangan domestik menunjukkan performa yang solid ditopang respons positif pelaku pasar terhadap trade deals AS-Indonesia dan sejumlah data perekonomian domestik yang menguat. Meski ketidakpastian di pasar keuangan global masih tinggi, tercapainya kesepakatan dagang AS-Indonesia dengan pemangkasan tarif AS untuk impor dari Indonesia menjadi sebesar 19% (sebelumnya 32%) memberikan sentimen positif di pasar. Selain itu, rilis data perekonomian domestik yang cukup positif mampu menjaga confidence investor di pasar keuangan, sehingga pasar saham dan pasar SBN menguat, sementara nilai tukar Rupiah terdepresiasi secara terbatas. Survei Perbankan Bank Indonesia menunjukkan penyaluran kredit baru meningkat pada triwulan II 2025 dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 85,22% (Q1&#8217;25: 55,07%), terutama didorong oleh kredit modal kerja dan kredit investasi. Ke depan, penyaluran kredit baru pada triwulan III 2025 diperkirakan tetap tumbuh dengan level SBT 81,71%, sehingga outstanding kredit hingga akhir 2025 diproyeksikan meningkat, didukung prospek ekonomi dan risiko kredit yang terjaga. Sementara itu, likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Juni 2025 juga tumbuh lebih tinggi. Pertumbuhan M2 pada periode tersebut mencapai 6,5% yoy (Mei&#8217;25: 4,9% yoy), menjadi sebesar Rp9.597,7 triliun, disokong oleh pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar 8,0% yoy dan uang kuasi sebesar 4,7% yoy.&#160;