Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah membuat kemajuan signifikan dalam memodernisasi layanan bea cukai untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi. Namun, tantangan tetap ada dalam memerangi korupsi, memastikan akuntabilitas, dan mempertahankan kepercayaan publik. Urgensi untuk menangani masalah ini semakin mendesak, dan salah satu solusi efektif adalah penerapan kamera tubuh (body-cam) untuk petugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Penggunaan kamera tubuh bukan sekadar peningkatan teknologi; ini adalah langkah penting menuju transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme pada DJBC. Dengan melengkapi petugas DJBC dengan kamera tubuh, mereka menjadi dapat mendokumentasikan interaksi, mencegah pelanggaran, dan membangun layanan bea cukai yang lebih terpercaya dan efisien.
Kamera tubuh berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk menunjukkan transparansi kepada masyarakat. Dalam operasi bea cukai, transparansi sangat penting untuk membangun kepercayaan dan keyakinan publik. Kamera tubuh menyediakan catatan objektif dari interaksi antara petugas DJBC dan publik, mengurangi kemungkinan perselisihan dan kesalahpahaman. Ketika petugas menyadari bahwa tindakan mereka sedang direkam, mereka cenderung mengikuti protokol dan menunjukkan perilaku profesional. Transparansi ini meluas ke inspeksi bea cukai, memastikan bahwa prosedur dilakukan secara adil dan konsisten, sehingga meningkatkan integritas keseluruhan dari layanan bea cukai.
Selain itu, kamera tubuh memainkan peran penting dalam mendokumentasikan pernyataan, pengamatan, perilaku, dan bukti lainnya. Petugas DJBC sering menghadapi situasi kompleks yang memerlukan dokumentasi yang teliti. Kamera tubuh menangkap bukti audio dan visual secara real-time, yang sangat berharga dalam audit, investigasi, dan proses hukum. Misalnya, jika seorang petugas DJBC mencurigai aktivitas ilegal seperti penyelundupan atau penipuan, rekaman yang direkam dapat memberikan bukti jelas untuk mendukung klaim mereka. Kemampuan ini tidak hanya membantu dalam penuntutan pelanggar tetapi juga melindungi petugas dari tuduhan palsu, memastikan bahwa keadilan ditegakkan berdasarkan bukti yang akurat dan dapat diandalkan.
Selain mempromosikan transparansi dan dokumentasi, kamera tubuh bertindak sebagai pencegah perilaku yang tidak profesional, ilegal, dan tidak pantas oleh petugas DJBC dan publik. Kehadiran kamera tubuh dapat secara signifikan mengurangi insiden suap, pelecehan, dan penyalahgunaan kekuasaan. Dengan mengetahui bahwa tindakan mereka sedang direkam, petugas DJBC akan &#160;cenderung tidak terlibat dalam praktik korupsi, dan publik cenderung tidak mencoba menyuap atau mengintimidasi petugas DJBC. Akuntabilitas bersama ini membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman dan saling menghormati bagi kedua belah pihak. Selain itu, kamera tubuh dapat menjadi alat penting dalam pelatihan dan pemantauan petugas, mengidentifikasi area untuk perbaikan, dan memastikan bahwa standar tinggi dari perilaku dipertahankan.
Penggunaan kamera tubuh dalam layanan bea cukai bukanlah konsep baru; ini telah berhasil diterapkan di beberapa negara maju yang bisa dijadikan sebagai pelajaran berharga bagi Indonesia. Di Amerika Serikat, misalnya, kamera tubuh banyak digunakan oleh lembaga penegak hukum, termasuk pada U.S. Customs and Border Protection (USCBP), yang berfungsi sebagai DJBC-nya Amerika Serikat. Perangkat ini oleh USCBP dinilai telah berhasil meningkatkan transparansi, mengurangi keluhan terhadap petugas, dan menyediakan bukti penting dalam kasus hukum. Demikian pula, di Australia, petugas Australian Border Force menggunakan kamera tubuh untuk meningkatkan akuntabilitas dan melindungi petugas dari tuduhan yang tidak berdasar. Hasil positif yang diamati di negara-negara ini menyoroti potensi manfaat dari penerapan kamera tubuh dalam layanan bea cukai Indonesia. Dengan belajar dari pengalaman negara-negara ini, Indonesia dapat menyesuaikan implementasi kamera tubuh untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan uniknya.
Meskipun ada keuntungan jelas dari kamera tubuh, penerapannya dalam layanan bea cukai Indonesia akan memerlukan perencanaan dan pertimbangan yang cermat. Masalah-masalah utama seperti kekhawatiran hak privasi, manajemen data, dan biaya peralatan serta pelatihan harus diatasi. Kekhawatiran privasi dapat diatasi dengan menetapkan pedoman yang jelas tentang kapan dan bagaimana kamera tubuh harus digunakan, memastikan bahwa rekaman hanya dibuat dalam situasi yang relevan. Sistem manajemen data yang kuat harus ada untuk menyimpan dan mengelola rekaman dengan aman, dengan akses terbatas pada personel yang berwenang. Selain itu, biaya awal kamera tubuh dan program pelatihan harus dilihat sebagai investasi yang berharga dalam manfaat jangka panjang dari peningkatan akuntabilitas dan efisiensi.
Sebagai tambahan informasi, berdasarkan hasil audit kepatuhan yang dilakukan oleh Inspektorat II di tahun 2024 menunjukkan bahwa DJBC sudah mulai menggunakan kamera tubuh untuk petugas lapangan DJBC. Meskipun demikian, jumlah kamera tubuh yang ada masih sangat terbatas, yaitu sekitar dua kamera untuk satu kantor layanan, dan belum ada tata kelola yang jelas mengenai cara pemakaian kamera tubuh dan cara penyimpanan rekaman. Tata kelola ini seharusnya ada sebagai bentuk integritas data, memastikan bahwa rekaman digunakan dan disimpan dengan cara yang aman sehingga siap digunakan sebagai alat bukti di persidangan apabila diperlukan.
Kesimpulannya, urgensi penggunaan kamera tubuh oleh petugas DJBC di Indonesia memang nyata adanya. Perangkat ini menawarkan solusi praktis dan efektif untuk mempromosikan transparansi, mendokumentasikan bukti penting, dan mencegah pelanggaran. Penggunaan kamera tubuh yang sukses di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia memberikan kerangka kerja yang berharga bagi Indonesia untuk diikuti. Dengan mengatasi tantangan potensial dan menerapkan kamera tubuh dengan bijaksana, DJBC dapat membangun layanan bea cukai yang lebih akuntabel, profesional, dan terpercaya. Langkah ini tidak hanya akan meningkatkan integritas operasi bea cukai tetapi juga membangun kepercayaan dan keyakinan publik yang lebih besar dalam upaya negara untuk memerangi korupsi dan meningkatkan tata kelola.

Urgensi penggunaan kamera tubuh oleh petugas DJBC di Indonesia memang nyata adanya. Perangkat ini menawarkan solusi praktis dan efektif untuk mempromosikan transparansi, mendokumentasikan bukti penting, dan mencegah pelanggaran. Penggunaan kamera tubuh yang sukses di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia memberikan kerangka kerja yang berharga bagi Indonesia untuk diikuti. Dengan mengatasi tantangan potensial dan menerapkan kamera tubuh dengan bijaksana, DJBC dapat membangun layanan bea cukai yang lebih akuntabel, profesional, dan terpercaya. Langkah ini tidak hanya akan meningkatkan integritas operasi bea cukai tetapi juga membangun kepercayaan dan keyakinan publik yang lebih besar dalam upaya negara untuk memerangi korupsi dan meningkatkan tata kelola.